chenleuvers

“Adik kamu mau ikut kita jalan-jalan ke Bali?” Henry menatap Davis bingung.

Davis mengangguk “Dia sama pacarnya mau ikut kita liburan, gak masalah kan?”

Davis menunggu jawaban yang keluar dari mulut pacarnya itu dengan gusar takut pacarnya tidak setuju. Dia dan pacarnya ini memang sudah membuat janji ingin menghabiskan waktu libur kerja mereka dengan pergi ke Bali.

Tidak kunjung mendapat jawaban, Davis memeluk lengan Henry.

“Kalau kamu gak mau gak masalah kok, emang adik aku suka banget ngerecokin aku.”

Henry memang sudah tidak kaget lagi dengan perilaku adik sang pacar. Dulu sewaktu mereka berdua masih kuliah dan adik pacarnya itu yang baru SMA kelas 11, selalu mengikuti Davis ke mana pun sang kakak pergi dengan dirinya, walaupun tidak sering karena adiknya Davis juga memiliki kesibukan lain.

Bukannya Davis tidak bisa menolak permintaan adiknya tetapi ada rahasia memalukan yang harus dijaga rapat-rapat oleh Cleo dan dirinya, jika dia tidak menuruti kemauan Cleo adiknya, bisa-bisa Henry tau jika dia selalu mengigau menyebut nama Henry setiap malam.

“Tapi kita kan cuma booking hotel 2 kamar, terus nanti adik kamu sama pacarnya mau tidur di mana?”

Ini juga yang menjadi salah satu alasan Davis tidak menolak kemauan adiknya, dia sudah merencanakan untuk tidur sekamar berdua dengan Henry. Mereka sudah saling menjalani hubungan selama 5 tahun lamanya tetapi mereka tidak pernah melakukan skinship lebih, hanya bergandengan tangan, pelukan, dan ciuman yang menempel tidak lebih.

Davis merasa frustasi akan hal itu, habisnya rekan kerjanya selalu berbincang membahas tentang hubungan seksual mereka dengan pasangan masing-masing. Lebih parahnya, ketika Davis berbicara jujur jika dia dan Henry belum pernah melakukan hubungan intim, membuat rekan kerjanya ragu akan hubungannya dengan Henry.

Davis ingin sekali percaya akan hubungan yang dijalaninya dengan Henry tapi apa yang dikatakan oleh rekan kerjanya itu selalu mengganggu pikirannya.

“Kita kan bisa tidur sekamar terus nanti adik aku sama Jinan tidur sekamar juga.”

Secangkir kopi yang baru diseruput oleh Henry langsung menyembur ke arah Davis, mengenai wajahnya.

“Ehhh maaf sayang, sumpah aku gak sengaja.”

Henry dengan cepat mengambil tisu yang berada di dekatnya, mengusap ke wajah pacarnya yang terkena kopi dengan lembut. Henry merasa bersalah kepada Davis, habisnya dia sangat terkejut dengan apa yang barusan dikatakan pacarnya.

Maksudnya bagaimana bisa pacarnya itu dengan santai dan wajah polosnya mengatakan kalimat seperti itu. Memang benar jika dia dan Davis sudah menginjak usia yang sudah biasa akan perbincangan ke arah sana, tapi tetap saja dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa pacarnya yang imut dan mulutnya yang manis bagaikan gula itu berbicara yang mengarah ke topik dewasa.

Walaupun kenyataannya tidak seperti itu, hanya saja pikiran Henry sudah berkeliaran tidak karuan. Henry tidak munafik, dia juga sudah dari lama ingin melakukan hal itu dengan Davis, tapi takut jika kekasihnya belum siap dan membuat Davis merasa tidak nyaman.

“Iya gak masalah kok, berarti nanti tanggal 8 kita pergi berempat ke Bali.” ucap Henry pada akhirnya.

“Yeyyy makasih sayang.” Davis mengecup pipi Henry, membuat pengunjung Cafe di sana mau tidak mau melihat apa yang dilakukan oleh mereka.

***

Mobil hitam milik Henry berhenti tepat di depan pagar rumah Davis. Seperti biasa, Henry membukakan pintu mobil untuk kekasihnya.

“Jangan lupa mandi sama gosok gigi ya anak kecil.”

Tangan Henry mengusap rambut Davis membuat si kecil berdecak kesal.

“Apaan sih, kamu kali yang anak kecil.” balas Davis tidak terima dengan apa yang dikatakan pacarnya.

Henry hanya tertawa kecil melihat tingkah pacarnya, padahal pacarnya ini hanya memanyunkan bibirnya, tetapi kenapa seperti ada yang berterbangan di dalam dirinya.

Hening. Tidak ada suara yang terdengar dari mereka berdua, hanya suara semilir angin malam dan suara jantung Henry yang berdetak kencang.

Si kecil menipiskan jarak di antara mereka, hanya tersisa 10 cm di antara Davis dan Henry.

Sampai ketika Davis benar-benar menghapus jarak itu, dia melingkarkan lengannya di leher sang kekasih. Menatap lekat kedua netra di depannya. Mengecup bibir manis Henry, hanya mengecup tidak lebih tapi berhasil membuat jantung keduanya berdetak tak karuan.

“Aku masuk ya, kamu hati-hati pulangnya.” ucap Davis berhasil memecahkan keheningan malam ini.

Henry menunggu kekasih kecilnya untuk benar-benar masuk ke dalam rumah, dia hanya ingin memastikan bahwa pacarnya benar-benar masuk ke dalam. Setelah itu ia melangkah pergi meninggalkan kediaman kekasihnya.

Davis melangkah menuju kamarnya yang berada di ujung sebelahan dengan kamar adiknya.

Ditutupnya pintu kamar, Davis mengambil sebuah handuk putih yang menggantung di sebelah lemarinya. Langkah kakinya berhenti ketika ada yang mengetuk pintu kamar Davis.

“Gimana? gua boleh ikut kalian liburan ke Bali kan?”

Suara yang sudah tidak asing lagi di telinga Davis, pemilik suara itu masuk ke dalam kamar.

“Gimana boleh gak?” tambah Cleo.

“Iyaa boleh, udah sana keluar dari kamar gua, gua mau mandi.”

“Yaelah gausah lo suruh juga gua males kali lama-lama di kamar lo yang kotor mirip kandang sapi.”

Davis sudah biasa mendengar ucapan seperti itu dari mulut Cleo, dia juga sangat setuju dengan yang dikatakan adiknya, kamarnya ini tidak bisa lagi disebut dengan kamar manusia melainkan kandang sapi yang penuh dengan kotoran sapi.

Bagaimana tidak, baju kotor berserakan dimana-mana dan sampah bekas makanan yang dia pesan secara online belum juga dibersihkan sama sekali.

***

Kamis, siang hari mereka sudah sampai di Bali. Henry menyewa mobil selama mereka ada di sini, sekarang mereka menuju Hotel untuk check in.

Selama di perjalanan Davis dan Henry menyanyi lagu love story dari Taylor Swift, sedangkan Cleo sibuk memotret pemandangan di luar mobil dan Jinan pacar Cleo sibuk merekam kegiatan mereka di dalam mobil dan mengunggahnya ke instagram.

Sesampainya mereka di Hotel, Henry dan Davis langsung ke kamar mereka sedangkan Jinan dan Cleo ingin jalan-jalan di sekitaran Hotel.

Pemandangan dari balkon kamar tidur mereka sangat indah, langsung menghadap ke arah Pantai dan katanya mereka bisa langsung menyaksikan matahari terbenam dari balkon kamar mereka.

Davis merapikan pakaian yang mereka bawa dan menyusunnya ke dalam lemari, sedangkan kekasihnya sibuk memilih baju apa yang ingin dia pakai buat makan di luar malam ini.

tok tok

Davis melangkah menuju ke arah suara, membukakan pintu. Muncul Cleo dan Jinan yang sudah mengganti pakaian mereka.

“Loh, kok lo belum ganti baju?” tanya Cleo kaget melihat kakaknya belum siap sama sekali. Padahal mereka berdua yang sudah lama di kamar Hotel sedangkan dirinya dan Jinan tadi pergi mengelilingi Hotel.

Jinan melangkah masuk meninggalkan kedua kakak beradik yang sedang bertengkar kecil.

“Masih milih baju ya bang? mau gua bantuin mix and match gak?” tanya Jinan setelah melihat Henry yang tak kunjung selesai memilih outfit yang bakal dia pakai.

Henry langsung menyetujui usul Jinan, tidak perlu diragukan lagi bahwa Jinan memiliki gaya berpakaian yang keren. Henry langsung pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju.

“Leo, udah jangan cemberut gitu.” tegur Jinan.

“Ya habisnya Kak Davis lama banget siap-siapnya, aku kan gak sabar mau makan malem.” rengek Cleo mengadu pada pacarnya.

Mereka berdua duduk di kursi yang berada di balkon kamar. Cleo masih saja memanyunkan bibirnya sambil memainkan game di handphonenya.

Jinan sibuk memandangi wajah pacarnya, baginya wajah Cleo yang sekarang sangat menggemaskan. Pipi chubby Cleo mampu membuat Jinan salah tingkah.

“Kamu kenapa gemesin banget sih, rasanya mau aku gigit deh.” canda Jinan, tangannya mengelus-elus pipi chubby Cleo.

Cleo menoleh ke arah Jinan. “Kalau itu nanti malem aja, nanti aku kasih lebih.”

Satu kalimat yang berhasil membuat Jinan mematung, mulutnya terasa susah untuk digerakkan, untuk membalas perkataan pacarnya itu.

Cleo pergi meninggalkan pacarnya yang masih mematung. Dia jadi sangat tidak sabar untuk kegiatan mereka nanti malam.

Jinan menyusul mereka yang sudah siap meninggalkan kamar ini, tidak lupa dia mengambil tasnya yang tergeletak di atas kasur.

Mereka berempat pun langsung pergi menuju tempat makan yang sangat terkenal di Bali.

-Chenleuvers.

1,5k+ word, nsfw 🔞, slowburn for sex scene, nipple play, and kissing scene.

Malam ini Jidan sudah membuat janji dengan Chandra, dia akan menonton film bersama di Apartemen kekasihnya itu.

Chandra dan Jidan sudah menjalani hubungan pacaran selama 3 tahun. Pertemuan pertama mereka berawal ketika Chandra berada di Perpustakaan Kampus sedang mencari buku-buku yang berhubungan dengan salah satu Mata kuliahnya.

Dia melihat Seseorang yang sedang belajar di salah satu meja yang ada di Perpustakaan itu, Pemuda yang sedang mendengarkan musik memakai headphone berwarna hitam di kepalanya.

Chandra menghampiri meja tersebut sambil membawa setumpuk buku yang ada di tangannya.

“Permisi kak, kursi yang di samping kakak masih kosong kan ya?” tanyanya yang hanya dijawab anggukan oleh pemuda tampan tersebut.

Setengah jam berlalu, seorang laki-laki asing menghampiri meja Chandra dan lelaki yang memakai headphone.

“Chandra ya? temannya Aji anak Hukum?” tanya pemuda tersebut tiba-tiba yang membuat Chandra kaget.

Chandra hanya mengangguk pelan lalu melanjutkan aktivitasnya tetapi pemuda tersebut tetap mengajak Chandra mengobrol, perilaku Pemuda itu membuat Chandra risih sekali. Padahal tujuan awal ia ke Perpustakaan hanya ingin membaca buku tanpa ada gangguan satupun tapi rencananya gagal total karena orang asing ini yang memperkenalkan dirinya sebagai Jevon kawannya Aji yang satu UKM dengan dirinya.

“Maaf ya mas, kalau mau ngobrol itu di Cafe atau di Kantin, jangan di sini. Di sini tempat orang mau belajar bukan tempat temu kangen.”

Suara yang berasal dari sebelah kanannya itu membuat Chandra kaget, ia langsung meminta maaf walaupun ia tahu sindiran tersebut bukan untuk dirinya melainkan untuk Jevon yang berada di depannya.

Jevon yang merasa malu pun langsung meminta maaf dan pergi meninggalkan Chandra, tidak lupa dengan kertas kecil yang Pemuda itu tinggalkan, dari awal memang tujuan Jevon itu hanya ingin bertukar nomor dengan dirinya.

Sangat klasik tipikal lelaki bad boy yang selalu tebar pesona dengan menggunakan wajah tampan untuk merayu orang-orang di luar sana.

“Kalau emang udah gak nyaman itu langsung bilang aja jangan diladenin nanti malah ngelunjak.” tegur lelaki yang ada disampingnya.

“Makasih ya kak.”

“Gausah pake kak panggil gua Jidan aja, gua dari Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 19.”

“Oh iya, kenalin gua Chandra dari Prodi Adminstrasi Negara angkatan 19 juga.”

Semenjak itu mereka berdua semakin dekat sampai menjalin hubungan pacaran. Bagi Chandra, Jidan itu orang yang sangat tegas tetapi dia juga orang yang sangat loyal dan perhatian kepada siapapun, mungkin itulah yang membuat dirinya jatuh cinta dengan Jidan.

Terdengar suara pintu Apartemen Chandra berbunyi, tanda bahwa pacarnya itu sudah sampai. Chandra berlari kecil menyambut kedatangan Jidan.

“Aku lama ya? maaf banget ya sayang tadi ban motorku kempes jadi tadi ngisi angin dulu.”

Chandra menaruh plastik belanjaan dan menyusunya di meja makan.

“Gak lama kok, ini kenapa kamu pake beli sayuran juga sih, udah malem gini emang masih ada yang jual ya?” tanya Chandra, ia memasukkan sayuran yang dibeli pacarnya itu kedalam kulkas.

“Oh itu tadi aku liat anak kecil jualan sayur jadi aku beli aja, kasian udah malem tapi dagangannya belum laku Chan.” jawab Jidan sambil mengotak-atik laptop di kasur Chandra.

Mereka berdua duduk di atas kasur sambil menikmati film Marvel favoritnya Chandra, Chandra sangat menyukai Marvel, ia fans berat film produksi dari Marvel, kalau ada film yang baru dirilis ia pasti akan mengajak pacarnya itu untuk menonton di bioskop terdekat.

“Eh itu nanti Thanosnya dibunuh sama siapa babe?” tanya Jidan penasaran.

“Shhtt udah nonton aja jangan banyak tanya.” Chandra menonton dengan fokus sambil meneguk Coca-Cola yang berada ditangannya.

“Pelan-pelan Chan minum Colanya nanti keselek loh.” tegur Jidan yang melihat pacarnya ini tidak sabaran untuk menghabisi Coca-Colanya itu.

Chandra pun langsung menaruh Coca-Colanya yang masih sisa setengah itu ke meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya.

Film Marvel yang mereka tonton sudah berada di bagian di mana Thanos berhasil menjentikkan jarinya sekali lagi, namun tidak terjadi hal apapun. Ternyata, Tony berhasil mengeluarkan semua Infinity Stones dari Gauntlet tersebut ketika dia melakukan kontak dengan Thanos.

“Chan, aku numpang mandi ya, badan aku lengket banget abis selesai bantuin Bunda beres-beres rumah tadi.” ujar Jidan di tengah adegan penting Film yang mereka tonton.

“Ihhh pantes dari tadi aku nyium bau aneh hahaha tenyata bau kamu.” ejek Chandra.

“Yaudah sana gih mandi, cepetan huusss huusss.....”

Jidan langsung beranjak pergi ke kamar mandi yang berada di samping dapur Apartemen Chandra, meninggalkan Lelaki Sagitarius yang sangat fokus menatap layar laptopnya.

Lelaki Sagitarius itu mengubah posisi tubuhnya, menjadi posisi ternyaman untuk menonton film yaitu tidur terlentang dengan menekuk lututnya dan menaruh laptop di atas sana.

Chandra melanjutkan kegiatan menontonnya yang tertunda itu, adegan beralih ke Iron man menjentikkan jari dan membuat semua pasukan Thanos terurai menjadi debu.

Sebenarnya Chandra sudah pernah menonton film ini di bioskop bersama Jidan, tetapi ia ingin me-rewatch lagi.

Dulu saat mereka menonton film ini di bioskop, Jidan tertidur di pertengahan film dan sekarang Jidan pergi mandi meninggalkan Chandra menonton film ini sendirian.

Pacarnya itu memang susah untuk fokus menonton satu film saja, film yang bisa dia tonton cuma film Frozen, itu juga karena katanya dia sangat suka dengan tokoh yang bernama Anna.

Fokus Chandra beralih ke hadapan lelaki yang baru saja memasuki kamarnya, kekasihnya itu masuk dengan handuk yang menutupi bagian bawahnya saja dan rambut yang masih basah.

Tubuh kekasihnya itu memang bisa dibilang cukup sexy, tangan yang berotot sampai menimbulkan urat yang menonjol di pergelangan tangannya.

Imajinasi Chandra sudah sangat liar hanya dengan melihat lengan kekasihnya, tapi tidak sampai di situ saja, tenggorokan Chandra menjadi kering ketika melihat Sang kekasihnya mengeringkan rambut dengan handuk kecil, bagi seorang Chandra itu sangat menggoda.

“Sini Sayang aku bantu keringin.” ucap Chandra sambil menepuk-nepuk tempat tidurnya.

Jidan pun duduk di hadapan Chandra, pandangannya fokus melihat netra hitam lekat milik kekasihnya yang mampu membuat jantung Jidan berdetak lebih kencang dari biasanya. Hal itu membuat Jidan sangat grogi saat ini.

Tangan Chandra tak sengaja menyentuh daun telinganya, membuat bulu kuduk Jidan berdiri.

Atmosfer di kamar ini tiba-tiba berubah menjadi panas dan itu mengganggunya, nafsunya sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

Lelaki berbadan besar itu memajukan badannya ke hadapan Sang Pacar, Chandra yang menyadari itu hanya terdiam dan menunggu apa yang ingin dilakukan kekasihnya.

Jarak di antara mereka semakin menipis, Jidan sudah bisa merasakan nafas Chandra, tidak pakai lama Sang dominan langsung memiringkan wajahnya dan menempelkan bibirnya. Tangannya melingkar di pinggang Sang Sagitarius, lumatan demi lumatan di terima oleh Chandra, lelaki mungil ini tidak mau kalah, dia membalas lumatan Sang kekasih dengan sangat lihai.

Tangan Jidan tidak dibiarkan menganggur saja, ia menyingkirkan laptop yang berada di dekatnya dan menaruhnya di meja kecil. Sesudah itu tangannya meraba tubuh mungil Chandra.

Chandra yang merasakan itu meringis kecil dan menggerakkan tubuhnya, sekarang tubuh Chandra berada di pangkuan Sang Pacar.

Hoodie Chandra ditarik ke atas, kepala Jidan pindah posisi ke dada Chandra, diciumnya dada lelaki mungil itu, sesekali Jidan memainkan benda yang menonjol itu dengan digigitnya pentil Sang kekasih.

“Aghh~” erang Chandra

Chandra merasakan kenikmatan yang luar biasa padahal Kekasihnya itu belum memasukkan kejantanannya ke dalam lubang anal miliknya.

Chandra yang merasa tidak ingin kalah akan permainan Jidan yang sangat baik. Dia juga ikut mencoba memainkan telinga lawan mainnya itu, dijilati dan digigitnya sampai muncul warna merah.

Jidan menarik badan Chandra dan mengubah posisi tubuh Sang kekasih berada di bawahnya, dibukanya hoodie dan celana jeans yang dipakai Chandra.

Tidak tinggal diam, Chandra menyentuh kejantanan Jidan yang mengeras dibawah sana. Tangan Chandra menerobos masuk ke celana dalam hitam milik kekasihnya, tangan Chandra sangat menggoda Sang junior milik Jidan, digerakkan ke atas dan ke bawah dengan tempo yang sangat pelan membuat Sang dominan puas akan permainan submisifnya.

Diwaktu yang sama Jidan sibuk menelusuri leher kekasihnya, ia meninggalkan banyak kissmark di sana membuat Sang kekasih mendesah nikmat.

“Kamu besok liburkan babe?” tanya Jidan disela kegiatannya.

“Kamu telat nanyanya, leher aku udah merah baru nanya.”

Jidan hanya tersenyum dan melanjutkan hal yang tertunda, ia mencium paha Chandra dan tidak lupa untuk meninggalkan jejak yang banyak di sana.

Kaki Chandra dibukanya lebar dan di taruh di atas punggungnya, ia mencium penis Sang kekasih yang sudah mengeras seperti miliknya di bawah sana, yang sudah tidak tahan seperti ingin di bebaskan.

Jidan mengambil pelumas yang berada di laci meja tidur, ia membasahi jarinya dan lubang anal milik Chandra.

Chandra menarik badan Jidan untuk mendekat ke arahnya dan mulai menghisap bibir manis Jidan.

Dimasukkannya jari Jidan ke dalam anal Chandra yang masih sempit itu membuat Chandra menjambak rambut Jidan. Tangan satunya digunakan untuk mengelus kepala Chandra agar kekasihnya tidak terlalu merasakan sakit.

Di gerakan jari telunjuknya, membuat kekasihnya menahan rasa sakit, dinding dalam lubang anal Chandra masih sangat ketat, butuh waktu agak lama untuk membuat di dalam lubang Chandra agak longgar.

Di keluar masukkan jari telunjuk Jidan, setelah beberapa lama Jidan menambahkan jarinya untuk memasuki lubang Sang kekasihnya.

Jidan membuat gerakan gunting di dalam milik kekasihnya, sesekali ia menyentuh bagian prostat kekasihnya yang membuat Chandra menggeliat hebat.

“Langsung masukin aja sayang, aku udah gak kuat.” rintih Chandra dengan suara yang serak.

Jidan pun menuruti perkataan kekasihnya dan mengeluarkan jarinya, ia mulai memposisikan kejantanannya ke depan lubang anal Chandra yang sudah mulai berkedut.

Chandra mengambil kondom yang berada di laci dan memberikannya kepada Jidan, diambilnya kondom tersebut, Jidan memasangkannya ke penisnya yang sudah berdiri itu, mengoleskan pelumas ke penisnya dan memasukkannya dengan sekali hentakan membuat Chandra menjerit kesakitan.

“Ahh Jidan~”

“Kalo udah gak sakit bilang ya sayang.” ucap Jidan lembut sambil mengecup kening Sang Sagitarius.

Dirasa sudah tidak sakit, Chandra langsung memberi kode kepada Jidan untuk bisa menggerakkan penisnya.

Jidan menggerakkan tubuhnya dengan tempo yang pelan, ia tidak mau menyakiti kekasihnya jika langsung buru-buru.

Sambil menggerakkan kejantanannya maju mundur, tangan Jidan memainkan kedua pentil sang kekasih dan diciumnya bibir merah nan manis itu, ditariknya bibir Chandra.

Chandra sangat menikmati permainan kekasihnya saat ini, ia sudah tidak dapat menggerakkan tubuhnya, dari tadi ia hanya bisa mendesah nikmat dan menjambak rambut Jidan.

Chandra merasa sudah sampai pada ujung pelepasannya, dia sudah tidak tahan lagi.

“Ji, aku mau keluar aghh~” erang Chandra sambil menggigit bibirnya.

Jidan tidak mau membiarkan kekasihnya keluar sendiri, ia mempercepat temponya dan itu membuat Chandra mendesah kencang.

Jidan dan Chandra sudah sampai pada pelepasannya, Jidan mengeluarkannya di dalam anus milik kekasihnya, sedangkan milik Chandra mengenai dada bidang Jidan.

“Sayang, aku mau lagi.”

Jidan yang tak kuasa atas perkataan yang keluar dari mulut Chandra langsung menuruti kemauan Sang kekasih, sejujurnya perkataan itulah yang ditunggu oleh Jidan, karena dia juga menginginkan hal yang sama.

Sepertinya ini bakal jadi malam yang sangat panjang untuk Chandra dan Jidan, malam yang penuh dengan kenangan yang indah tidak mungkin untuk dilewati begitu saja.

-chenleuvers.

“Widih masih pagi udah rapih banget pada mau ke mana sih?” ejek Haikal yang melihat ketiga sahabatnya itu kesusahan menenteng bawaan mereka.

Haikal hanya berdiri di depan pintu rumahnya sambil memakan kacang polong di tangannya dan kakinya yang disilangkan ke depan, dia cuma cekikikan seperti orang bodoh yang siap jadi santapan babi hutan di luar sana.

“Orgil ya lo kal, udah jam 7 bukannya siap-siap malah masih pake boxer, kita mau pergi camping ini.” omel Acelio kesal melihat Haikal yang belum siap sama sekali, rasanya pria mungil ini mau mengobrak-abrik isi kepala kawannya itu.

Di sisi lain, Shoyo yang sudah mengeluarkan Hammock dari mobil Acelio langsung menutup pintu bagasi dan menyerahkan kunci mobil kepada sang pemilik.

Mereka kemarin malam sudah sepakat akan ke rumah Haikal jam 7 sebelum berangkat camping, barang-barang bawaan mereka yang banyak juga sudah di keluarkan dari mobilnya Acelio karena mereka akan memakai mobil ayahnya Haikal yang lebih besar.

“Gua hitung sampe tiga lo belom siap-siap, Hammock yang gua pegang ini mental ke arah lo.” ancam Shoyo kepada Haikal.

Orang yang diancam itu langsung kabur ke dalam rumahnya, Samudera yang dari tadi hanya duduk di sofa langsung ngakak melihat kelakuan kawan-kawannya itu. Suara teriakan terdengar dari dalam kamar yang berasal dari ulah Shoyo dan Acelio yang merekam sesi ganti baju Haikal, Samudera yang tidak mau ketinggalan langsung masuk ke dalam.

“Anjing jangan masuk bego, kalo tetangga gua liat kita disangka lagi kumpul kebo.” ucap Haikal yang sibuk menutupi bagian dadanya itu.

Samudera tidak meladeni ucapan dari kawannya, ia malah sibuk mencari benda yang bisa ia gunakan sebagai mic, diambilnya setrika yang berada di atas meja belajar kawannya itu, ia langsung meluncurkan aksinya dengan suara yang sebenarnya tidak terlalu fals itu menyanyikan lagu dangdut dari penyanyi wanita Ayu Ting Ting.

“Digeboy-geboy mujair Nang-ning-nong, nang-ning-nong Pak gulipak, bang dung ding, ser.”

Shoyo yang hapal dengan lagu itu langsung melanjutkan lirik berikutnya “Mustofa jadi nggak kuat Mustofa tergila-gila Mustofa jatuh cinta Sama seorang biduan.” nyanyinya dengan ditambahkan goyangan yang sangat hot.

“Sek asek jos.” celetuk Acelio sambil sibuk menggerakkan hpnya seperti seorang cameraman yang profesional.

Suasana di dalam kamar Haikal sangat kacau, seperti lagi ada konser kebun binatang di sana.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, mereka berempat pun langsung memasukkan barang-barang bawaan mereka ke mobil Pajero sport yang berwarna hitam di garasi rumah Haikal.

Setelah semua sudah siap, mereka berpamitan dengan orang tua Haikal dan langsung berangkat menuju ke tempat Perkemahan yang berada di pegunungan.